Minggu, 03 Juni 2012

Makalah Sejarah Peradaban Islam


PENDAHULUAN

Abu Bakar As-Siddiq RA, Muslim pertama yang beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah, dan demi imannya itu pula dialah yang paling banyak berkorban. Sejak masuk Islam besar sekali hasratnya hendak membantu Nabi dalam berdakwah demi agama Allah dan membela kaum Muslimin. la lebih mencintai Rasulullah daripada dirinya sendiri, mendampinginya selalu dalam setiap peristiwa. Disamping sahabat Rasulullah beliau juga mertua dari Rasulullah.
Abu Bakar adalah seorang yang dipercaya oleh kaum Muslimin ketika itu untuk menjadi khalifah pertama. Beliau dikenal ramah, rendah hati dan penuh kelembutan. Di awal masa kekhalifahannya beliau memerangi Nabi palsu dan orang Muslim yang enggan membayar zakat.
Makalah  ini akan menceritakan biografi Abu Bakar As-Siddiq dan perjuangan beliau dalam menegakkan agama Allah baik ketika beliau hidup bersama Rasulullah  maupun ketika beliau memimpin umat Islam sebagai khalifah yang pertama. Ketika Nabi Muhammad s.a.w. akan wafat,Nabi tidak berwasiat apa-apa, baik kepada salah seorang karib, atau kepada sahabat-sahabat yang lain, tentang siapa yang akan jadi Khalifah pengganti Nabi. Persoalan yang besar ini beliau serahkan kepada musyawarah ummat Islam.
Setelah Nabi wafat, berkumpullah orang Muhajirin dan Anshar di Madinah, guna bermusyawarah siapa yang akan dibaiat (diakui) jadi Khalifah. Orang Anshar menghendaki agar Khalifah itu dipilih dari golongan mereka, mereka mengajukan Sa’ad  bin Ubadah. Kehendak orang Anshar ini tidak disetujui oleh orang Muhajirin. Maka terjadilah perdebatan diantara keduanya, dan hampir terjadi fitnah diantara keduanya. Abu Bakar segera berdiri dan berpidato menyatakan dengan alasan yang kuat dan tepat, bahwa soal Khilafah itu adalah hak bagi kaum Quraisy, bahwa kaum Muhajirin telah lebih dahulu masuk Islam, mereka lebih lama bersama bersama Rasulullah, dalam Al-Qur’an selalu didahulukan Muhajirin kemudian Anshar. Khutbah Abu Bakar ini dikenal dengan Khutbah Hari Tsaqifah, setelah khutbah ini ummat Islam serta merta membai’at Abu Bakar, didahului oleh Umar bin Khattab, kemudian diikuti oleh para sahabat yang lain.
Adapun Abu Bakar Siddiq adalah sahabat nabi yang tertua yang amat luas pengalamannya dan amat besar ghirahnya kepada agama Islam. Dia adalah seorang bangsawan Quraisy, berkedudukan tinggi dalam kaumnya, hartawan dan dermawan. Jabatannya dikala Nabi masih hidup, selain dari seorang saudagar yang kaya, diapun seorang ahli nasab Arab dan ahli hukum yang jujur. Dialah yang menemani Nabi ketika hijrah dari Makkah ke Madinah. Dia telah merasakan pahit getirnya hidup bersama Rasulullah sampai kepada hari wafat beliau. Dialah yang diserahi nabi menjadi imam sembahyang ketika beliau sakit. Oleh karena itu, ummat Islam memandang dia lebih berhak dan utama menjadi Khalifah dari yang lainnya.

PEMBAHASAN
A.  Biografi Abu Bakar Shiddiq
Namanya Abdullah Ibnu Abi Qufahah at Tamimi. Di masa jahiliyah bernama Abdul Ka’bah, lalu ditukar oleh Nabi menjadi Abdullah kuniyahnya Abu Bakar.
Panggilan Abu Bakar Sidik ini sebenarnya adalah sebagai gelar saja. “Abu” artinya bapak, “Bakar” artinya dengan segera (beliau dinamai demikian karena beliau masuk Islam dengan segera, mendahului yang lain). Kemudian “Ash-Shiddiq”, artinya “yang amat membenarkan”. Karena beliau amat membenarkan berbagai pengalaman dan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, terutama peristiwa Isra Mi’raj. Beliau lahir pada tahun 568 M sebelum hijrah, ayahnya bernama Abu Quhafah bin Amir dan ibunya bernama Salma Ummul Khair.
Abu Bakar berasal dari kabilah Taim bin Murrah bin Ka’b. Nasabnya bertemu dengan Nabi pada Adnan. Abu Bakar itu tidak terbatas hanya pada kabilahnya saja seperti yang sudah kami sebutkan, tetapi mereka memulai juga dengan menyebut namanya dan nama kedua orang tuanya. Lalu melangkah ke masa anak-anak, masa muda dan masa remaja, sampai apa yang dikerjakannya. Disebutkan bahwa namanya Abdullah Abi Quhafah, dan Abu Quhafah ini pun nama sebenarnya Usman bin Amir, dan ibunya, Ummul Khair, sebenarnya Salma bint Sakhr bin Amir.
Sekalipun keluarga Abu Bakar berdiam pada bagian bawah kota Mekkah yang bernama Masfalah, (bekas rumah kediamannya itu sekarang ini dijadikan sebuah mesjid kecil dan dapat dikunjungi oleh setiap orang yang menunaikan Rukun Kelima ke Tanah Suci), dan keluarga Muhammad berdiam pada bagian atas kota Mekkah yang dewasa ini dipanggilkan dengan Syiab-Ali , (bekas rumah kelahiran Nabi Muahmmad itu sekarang ini dijadikan Gedung Perpustakaan dan dapat dikunjungi oleh setiap orang yang menunaikan Rukun kelima ke Tanah Suci), akan tetapi antara kedua anak muda itu semenjak kecilnya terikat persahabatan yang akrab.
Dan ada juga yang mengatakan Abu Bakar tadinya bernama Atiq, karena dari pihak ibunya tak pernah ada anak laki-laki yang hidup. Lalu ibunya bernazar jika ia melahirkan anak laki-laki akan diberi nama Abdul Ka’bah dan akan disedekahkan kepada Ka’bah. Sesudah Abu Bakar hidup dan menjadi besar, ia diberi nama Atiq , seolah ia telah dibebaskan dari maut.
Tetapi sumber-sumber itu lebih jauh menyebutkan bahwa Atiq itu bukan namanya, melainkan suatu julukan karena warna kulitnya yang putih. Sumber yang lain lagi malah menyebutkan, bahwa ketika Aisyah putrinya ditanyai; mengapa Abu Bakar diberi nama Atiq ia menjawab: Rasulullah memandang kepadanya lalu katanya: Ini yang dibebaskan Allah dari neraka; atau karena suatu hari Abu Bakar datang bersama sahabat-sahabatnya lalu Rasulullah berkata: “Barang siapa yang ingin melihat orang yang dibebaskan dari neraka lihatlah ini”.
Semasa kecil Abu Bakar hidup seperti umumnya anak-anak di Mekah. Lepas masa anak-anak ke masa usia remaja ia bekerja sebagai pedagang pakaian. Usahanya ini mendapat sukses. Dalam usia muda itu ia menikah dengan Qutailah bint Abdul Uzza. Dari perkawinan ini lahir Abdullah dan Asma’.Asma’ inilah yang kemudian dijuluki Zaitun Nitaqain. Sesudah dengan Qutailah ia menikah lagi dengan Umm Rauman bint Amir bin Uwaimar. Dari perkawinan ini lahir pula Abdurrahman dan Aisyah. Kemudian di Madinah ia menikah dengan Habibah bint Kharijah. Setelah itu dengan Asma bint Umais yang melahirkan Muhammad. Sementara usaha dagangannya berkembang pesat dan dengan sendirinya ia memperoleh laba yang cukup besar.
Keberhasilannya dalam perdagangan itu mungkin saja disebabkan oleh pribadi dan wataknya. Berperawakan kurus, putih, dengan sepasang bahu yang kecil dan muka lancip dengan mata yang cekung disertai dahi yang agak menonjol dan urat-urat tangan yang tampak jelas, begitulah dilukiskan oleh putrinya, Aisyah Ummulmukminin.
Tentang pribadinya, Abu Bakar, terkenal sebagai orang yang berakhlak mulia, jujur, cerdas, cakap, kuat kemauan dan pemberani, tetapi beliau terkenal pula sebagai orang yang rendah hati pemaaf dan dermawan.
Pada masa jahiliyyah, Abu Bakar adalah seorang saudagar kaya. Ia sering melakukan perjalanan perdagangan untuk menjaja barang dagangannya. Dalam pekerjaannya sebagai saudagar, ia selalu jujur sehingga banyak keuntungan yang diperolehnya karena percaya dengan timbangan yang dilakukannya. Kejujuran ini terus terbawa sampai ia masuk Islam dan selalu mendampingi Nabi Muhammad saat suka dan duka.
Terdapat satu riwayat mengatakan bahwa dia mempunyai kekayaan sebesar empat puluh dirham sebelum dia masuk Islam, tetapi setelah ia menyatakan sebagai pengikut setia Nabi Muhammad SAW, dan ikut hijrah ke Madinah, harta kekayaannya tinggal lima ribu dirham. Hal ini disebabkan karena setiap dia melihat adanya penganiayaan seorang hamba sahaya, ia beli kemudian dibebaskannya.
Oleh karena semua itu, bukan saja ia laki-laki dewasa yang pertama masuk Islam, tetapi juga orang yang paling banyak berkorban, paling teguh, di samping orang yang tenang dan patuh di antara para sahabat Nabi yang lain.
Sebagaimana yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk agama  nenek moyang mereka. Namun, penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak. Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya kemudian memberinya kemerdekaan.
Beberapa budak yang ia bebaskan antara lain :
* Bilal bin Rabah
* Abu Fakih
* Ammar
* Abu Fuhaira
* Lubainah
* An Nahdiah
* Ummu Ubays
* Zinnira
B.  Aktifitas Dakwah Abu Bakar Shiddiq
Sejak hari pertama Abu Bakar sudah bersama-sama dengan Muhammad melakukan dakwah demi agama Allah. keakraban masyarakatnya dengan dia, kesenangannya bergaul dan mendengarkan pembicaraannya. Besar pengaruhnya terhadap muslimin yang mula-mula itu dalam Islam itu  yang mengikuti jejak Abu bakar menerima Islam ialah Usman bin Affan, abdur-Rahman Bin Auf, Talha Bin Ubaidillah, Sa’ad Bin Abi Waqqas Dan Zubair Bin Awam.Ssesudah mereka yang kemudian menyusul masuk Islam atas ajakan Abu Bakar ialah Abu Ubaidah Bin Jarrah dan banyak lagi yang lain dari penduduk mekah.
Adakalanya orang akan merasa heran betapa Abu Bakar tidak merasa ragu menerima Islam  ketika pertama kali disampaikan  Muhammad kepadanya itu. Dan karena menerimanya tanpa ragu itu kemudian Rasulullah berkata :
 “Tak seorang pun yang pernah kuajak memeluk Islam yang tidak tersendat-sendat dengan begitu berhati-hati dan ragu, kecuali Abu Bakar bi abu Qufahah. Ia tidak menuggu-nunggu dan tidak ragu ketika kusampaikan kepadanya.”
Abu Bakar Shidiq dipilih oleh Nabi Muhammad menjadi sahabat dalam perjalanan menuju Madinah ketika hijrah. Peran yang dimainkan Abu Bakar Siddiq ini ketika di Mekah sangat besar sekali. Di bidang materi, segala kekayaan yang dimilikinya digunakan untuk perjuangan dan kejayaan Islam, dan demi kebenaran ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar selalu mendampingi Nabi dalam saat suka dan duka.
Pengorbanan dan jasanya ketika berdakwah di Mekah besar sekali. Ia berusaha melindungi Nabi Muhammad ketika banyak orang kafir Quraisy mengejek dan menganggap Nabi Muhammad orang tak waras. Dialah yang memberikan perlindungan Nabi saat mendapat kejaran para pemuda kafir Quraisy yang berusaha mengejar Nabi waktu perjalanan ke Madinah
Ketika berada di Madinah, Abu Bakar juga selalu mendampingi Nabi Muhammad dan berusaha membantu Nabi dalam proses penyebaran agama Islam di kalangan masyarakat Madinah, yang terdiri dari masyarakat yang beragama Yahudi, Nashrani dan penganut kepercayaan lainnya.
Peran Abu Bakar ketika di Madinah ialah, beliau selalu ikut bersama Rasulullah berperang melawan kekuatan yang menentang ajaran Nabi Muhammad SAW antara lain dalam perang Badar, perang Uhud, perang Khandak, dan peperangan-peperangan lainnya pada waktu itu.
Demikian setianya Abu Bakar kepada Nabi dan agama Islam, sehingga seluruh kekuatan yang dimilikinya semua dikerahkan untuk kepentingan dan kejayaan Islam. Ini tidak hanya ketika ia berada di kota Mekah, tetapi juga pada periode Madinah. jasa beliau sangat dalam upaya pengembangan ajaran Islam di kota Madinah,terlebih saat ia terpilih sebagai seorang khalifah rasyidah yang pertama, yang menggantikan kedudukan Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat Islam.
Sesudah Rasulullah wafat, kaum Anshor menghendaki agar orang yang akan jadi Khalifah dipilih dari antara mereka. Dan padawaktu itu Ali ibnu Abi Thalib menginginkan agar beliaulah yang diangkat menjadi khalifah, berdasarkan kedudukan beliau dalam Islam, apalagi beliau adalah menantu dan karib Nabi. Tetapi bahagian terbanyak dari kaum Muslimin menghendaki Abu Bakar, maka dipilihlah beliau jadi khalifah.
Orang-orangyang tadinya ragu-ragu untuk memberikan bai’ah kepada Abu Bakar, di kala golongan terbanyak dari kaum Muslimin telah membai’ahnya segera pula memberikan bai’ahnya.
Sesudah Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, beliau berpidato. Dalam pidatonya itu dijelaskan siasat pemerintahan yang akan beliau jalankan. Di bawah ini kita kutip beberapa prinsip-prinsip yang diucapkannya dalam pidatonya itu, antara lain beliau berkata :
„Wahai manusia! Saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik, ikutlah aku, tetapi aku berbuat salah, maka betulkanlah! Orang yang kamu pandang kuat, saya pandang lemah, hingga aku dapat mengambil hak dari padanya, sedang orang yang kamu pandang lemah, saya pandang kuat, hingga saya dapat mengembalikan haknya kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi bila mana aku tiada menaati Allah dan Rasul-Nya kamu tak perlu menaatiku“.


C.  Pemerintahan di Masa Abu Bakar
Pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah, pada satu sisi memberikan kemudahan tersendiri bagi berlanjutnya pemerintahan negara Madinah, namun pada sisi lain munculnya penolakan orang-orang Arab, terutama orang yang baru masuk Islam untuk memberikan bai’at kepada Abu Bakar, bahkan mereka menentang Islam. Hal ini tidak mengherankan karena mereka menganggap bahwa masuknya mereka kedalam Islam disebabkan oleh perjanian yang dibuat dengan Muhammad, dan dengan kematian beliau, maka batallah perjanjian tersebut. Mereka adalah para muallaf yang belum memahami prinsip-prinsip keimanan dan ajaran Islam yang lain, disebabkan belum cukup waktu bagi nabi yang sangat tidak mungkin dapat dijangkau oleh utusan agama yang datang pada mereka.
Pada masa awal pemerintahannya, Abu Bakar banyak menghadapi gangguan dari berbagai golongan, antara lain orang-orang murtad, golongan yang tidak mau membayar zakat, dan nabi palsu. Adanya orang-orang murtad ini disebabkan karena mereka belum memahami benar tentang Islam, mereka baru dalam taraf pengakuan, ataui masuk Islam karena terpaksa. Sehingga ketika Rasulullah wafat, mereka langsung kembali kepada agama semula. Karena mereka beranggapan bahwa kaum Quraisy tidak akan bangun lagisetelah pemimpinnya, Nabi Muhammad SAW meninggal dunia. Di samping itu mereka tidak dapat memisahkan antara agama dan Rasul pembawanya. Maka setelah meninggalnya Rasulullah, mereka tidak terikat lagi dengan agama Islam lalu kembali kepada ajaran agamanya semula.
Golongan orang yang tidak mau membayar zakat, kebanyakan berasal dari kabilah yang banyak yang tinggal di kota Madinah, seperti Bani Gathfan , Bani Bakar, dan lain-lain. Mereka beranggapan bahwa membayar zakat hanya kepada Nabi Muhammad, dan setelah Nabi wafat, maka tidak ada lagi kewajiban untuk membayar zakat.
Sedangkan orang-orang yang mengaku sebagai nabi, sudah mulai muncul pada hari-hari terakhir kehidupan Nabi Muhammad, walaupun mereka masih menyembunyikan tujuan mereka sebenarnya.Namun setelah Nabi Muhammad wafat, mereka semakin berani menunjukkan keinginan mereka, sebagai pengacau dan nabi-nabi palsu seperti Thulaihah bin Khuwailid, Sjah Thamiyah  seorang perempuan, yang kemudian kawin dengan Musailamah.
Untuk mengatasi kekacauan tersebut, khalifah Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat, tindakan apa yang harus dilakukan. Akhirnya dengan kesepakatan bersama, semua golongan yang telah menyeleweng itu harus diperangi, salah satunya adalah perang Riddah, sampai mereka mau kembali kepada kebenaran.
Perang Riddah (perang melawan kemurtadan) pun berjalan alot. Di bawah kepemimpinan Khalid ibnu Walid, akhirnya perang dapat diakhiri dengan kemenangan ditangan pemerintahan Abu Bakar. Namun akibat yang muncul adalah tewasnya banyak diantara sahabat yang hafal Al-Qur’an (Qori) karena keikut sertaan mereka dalam perang tersebut.
Pada tahun 12 H., Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan Al-Qur’an dari berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan, maupun dari hafalan yang tersimpan dalam dada kaum muslimin. Peristiwa itu terjadi setelah para Qari’ penghafal Al-Qur’an banyak yang terbunuh dalam peperangan Yamamah. Zaid bin Tsabit pernah berkata, “Abu Bakar mengirim surat kepadaku tentang orang-orang yang terbunuh di perang Yamamah. Pada saat aku mendatanginya, aku melihat Umar bin Khathab berada disampingnya. Abu bakar lalu berkata, ‘Umar mendatangiku dan berkata, ‘Sesungguhnya banyak Qari’ penghafal Al-Qur’an yang telah gugur dalam peperangan Yamamah. Aku takut jika para Qari’ yang masih hidup, lalu di kamudian hari terbunuh dalam peperangan, akan mengakibatkan hilangnya sebagaian besar dari ayat Al-Qur’an. Menurut pendapatku, engkau harus menginstruksikan agar segera mengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an.’ Aku (Abu Bakar) bertanya kepada Umar, ‘Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah?’ Umar menjawab, “Demi Allah, ini adalah kebaikan!’” Dan Umar terus menuntut Abu Bakar hingga Allah melapangkan dadanya untuk segera melaksanakannya, akhirnya Abu Bakar pun setuju dengan pendapat Umar.Zaid bin Tsabit berkata, “Kemudian Abu Bakar berkata kepadaku, ‘Engkau adalah seorang pemuda yang jenius, berakal, dan penuh amanah. Selain itu, engkau pun telah terbiasa menulis wahyu untuk Rasulullah, maka carilah seluruh ayat Al-Qur’an yang berserakan dan kumpulkanlah.’” Lalu, Zaid berkata pada dirinya sendiri, “Demi Allah, jika mereka memerintahkan aku untuk memikul gunung, tentulah lebih ringan bagiku daripada melaksanakan perintah Abu Bakar untuk mengumpulkan Al-Qur’an.” Kemudian Zaid bin Tsabit pun mulai mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an yang tertulis di daun-daunan, kulit, maupun dari hafalan para penghafal Al-Qur’an.
Perilaku politik lain yang di jalankan Abu Bakar adalah melakukan ekspansi. Ada dua ekspansi yang dilakukan Abu Bakar, yaitu :
1.  Ekspansi ke wilayah Persia di bawah pimpinan Khalid bin Walid . Dalam ekspansi ini (tahun 634 M), pasukan Islam dapat menguasai dan menaklukkan Hirah, sebuah kerajaan Arab yang loyal kepada Kisra di Persia. Daerah ini merupakan penyebaran bangsa Arab dari selatan, namun mereka dijadikan pintu masuk penyebaran islam ke wilayah di belahan timur dan utara.
2. Ekspansi ke Romawi di bawah empat panglima perang, yaitu Ubaidah, Amr bin Ash, Yazid ibn Sufyan dan Syurahbil. Ekspansi ke wilayah Romawi yakni kerajaan Ghassaniyah, yang merupakan daerah protektorat Romawi dan menjadi benteng pertahanan dari serbuan Persia.
Khalifah Abu Bakar adalah panglima tertinggi dalam angkatan perang. dia yang menunjuk panglima besar dan kepala-kepala pasukan.Strategi dan taktik perang banyak yang didiktekan dari madina. sungguhpun demikian khalid, panglima besarnya, kita lihat banyakn di beri kekuasaan dan kepercayaan. munurut sewajarnya, khalifah sendiri yang memimpin angkatan jihad ke medan perang. tetapi front dan medan pertempuran telah dua tiga dan urusan kenegaraan telah begitu berjalin, maka untuk komando umum ditunjukkan sahabat-sahabat yang ahli dalam ketentaraan. adapun shalat jama’ah dan shalat Jum’at di ibu kota tetap di tangan  khalifah Abu Bakar, karena shalat dan Jum’at adalah tiang agama.
Organisasi dan mekanisme pemerintahan Abu Bakar adalah begitu kuat dan merata. perhubungan antara pusat (madinah) dengan daerah sampai kepada instansi yang terendah di suku-suku kabilah rapat sekali. Itu adalah juga sebagai hasil dari kemenangan abu bakar di peperangan Riddah.
Hal yang demikian sangat memberikan kemungkinan kepada ’’Hukum“ untuk timbul menonjol tinggi, dan kepadanya ’’ Kekuasaan“ untuk mengembangkan sayapnya. maka sebagai kelanjutannya dari itu, lahirlah masa baru dan zaman gemilang yaitu masa kemakmuran dan kebahagiaan hidup menuruti filsafat islam yang tersimpul di dalam ’’Baldatun taiyibatun wa rabbun gafur“(Negara makmur dilindungi tuhan yang pengampun).
D.  Prestasi dan Pesan Abu Bakar
1.  Prestasi Abu Bakar Pada Masa Pemerintahannya
Adapun prestasi yang lain yang ditempuh pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah :
1. Perbaikan sosial (masyarakat)
2. Pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an
3. Perluasan dan penyebaran agama Islam
4. Menghadapi orang murtad dan orang yang tidak membayar zakat
5. Memberantas orang-orang yang menganggapnya beliau sebagai nabi.
2.   Adapun pesan-pesan yang disampaikan oleh Abu Bakar adalah sebagai berikut :
Khulafaur Rasyidin yang pertama dan Sahabat utama Rasulullah SAW, Sayidina Abu Bakar As Siddiq pernah meninggalkan pesan, katanya:
1. Siapa yang memasuki kubur dengan tidak membawa bekalan sama seperti orang yang belayar di lautan dengan tidak berperahu.
2. Kegelapan itu ada lima perkara dan penerangnya juga ada lima perkara yaitu:
a. Cinta dunia itu kegelapan dan penerangnya adalah taqwa.
b. Dosa itu kegelapan dan penerangnya adalah taubat.
c. Akhirat itu kegelapan, penerangnya adalah amal soleh.
d. Kubur itu kegelapan, penerangnya adalah kalimah La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah.
 e.  Siratul Mustaqim itu kegelapan, penerangnya adalah yakin.
3.  Sesungguhnya iblis itu berdiri di hadapanmu, nafsu di sebelah kananmu, dunia di belakangmu, anggota di sekelilingmu dan Allah juga bersamamu. Iblis yang dilaknat menyuruhmu meninggalkan agama. Nafsu menyuruhmu
berbuat maksiat. Keinginan hawa nafsu menyerumu ke arah syahwat. Dunia menyeru supaya memilihnya daripada Akhirat. Anggotamu menyerumu berbuat dosa. Allah menyerumu ke Syurga dan keampunan-Nya.
Siapa yang menyahut seruan iblis terkeluarlah agamanya. Siapa yang menyahut seruan nafsu terkeluar rohnya (roh kemanusiaan). Siapa yang menyahut seruan syahwat, terkeluar akalnya. Siapa yang menyahut seruan anggota, terkeluarlah Syurganya. Siapa yang menyahut seruan Allah,
terkeluarlah kejahatannya dan memperolehi segala kebaikan.
4.  Dia berkata kepada para Sahabat:Sesungguhnya aku telah mengendalikan urusan kamu, tetapi bukanlah aku ini orang yang paling baik di kalangan kamu maka tolonglah aku, kalau aku berlaku lurus maka ikutilah aku tetapi kalau aku menyeleweng betulkan aku.
E.  Wafatnya Abu Bakar
Khalifah Abu Bakar Ra. meninggal dunia, Senin, 23 Agustus 624 M setelah lebih kurang 15 hari terbaring di tempat tidur. Dia berusia 63 tahun dan kekhalifahannya berlangsung 2 tahun 3 bulan 11 hari.
Dalam masa yang singkat itu Abu Bakar telah menghadapi saat-saat yang amat genting. Dapat kita katakan bahwa pada permulaan saat-saat yang amat genting itu Abu Bakar adalah berdiri sendiri, kemudian berkat iman dan keyakinannya yang kuat, maka kaum Muslimin lekas juga menyokong dan mendukung pendapat dan buah pikirannya. Dalam keadaan yang demikian beliau dapat mengerahkan kaum muslimin menghancurkan syirik dan memberantas keragu-raguan dan waham, malah beliau dapat pula mengerahkan mereka menggulingkan singgasana Kisrah (raja Persia) dan Kaisar (raja Romawi). Kalau ada suatu peristiwa besar yang terjadi di masa permulaan Islam, maka nama Abu Bakar selalu kelihatan dengan jelas di dalamnya. Semoga Allah yang Maha Kuasa melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada arwah beliau.Beliau telah mencerminkan seluruh nilai-nilai dan norma-norma keislaman yang tinggi dan murni.

KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya :
1.      Nama Abu Bakar adalah Abdullah Ibnu Abi Qufahah at Tamimi. Di masa jahiliyah bernama Abdul Ka’bah, lalu ditukar oleh Nabi menjadi Abdullah kuniyahnya Abu Bakar.
2.      Tentang pribadinya, Abu Bakar, terkenal sebagai orang yang berakhlak mulia, jujur, cerdas, cakap, kuat kemauan dan pemberani, tetapi beliau terkenal pula sebagai orang yang rendah hati pemaaf dan dermawan.
3.      Pada masa awal pemerintahannya, Abu Bakar banyak menghadapi gangguan dari berbagai golongan, antara lain orang-orang murtad, golongan yang tidak mau membayar zakat, dan nabi palsu. Adanya orang-orang murtad ini disebabkan karena mereka belum memahami benar tentang Islam, mereka baru dalam taraf pengakuan, ataui masuk Islam karena terpaksa. Sehingga ketika Rasulullah wafat, mereka langsung kembali kepada agama semula.
4.      Untuk mengatasi kekacauan tersebut, khalifah Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat, tindakan apa yang harus dilakukan. Akhirnya dengan kesepakatan bersama, semua golongan yang telah menyeleweng itu harus diperangi, salah satunya adalah perang Riddah, sampai mereka mau kembali kepada kebenaran.
5.      Perang Riddah (perang melawan kemurtadan) pun berjalan alot. Di bawah kepemimpinan Khalid ibnu Walid, akhirnya perang dapat diakhiri dengan kemenangan ditangan pemerintahan Abu Bakar. Namun akibat yang muncul adalah tewasnya banyak diantara sahabat yang hafal Al-Qur’an (Qori) karena keikut sertaan mereka dalam perang tersebut.
6.      Khalifah Abu Bakar Ra. meninggal dunia, Senin, 23 Agustus 624 M setelah lebih kurang 15 hari terbaring di tempat tidur. Dia berusia 63 tahun dan kekhalifahannya berlangsung 2 tahun 3 bulan 11 hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar