PENDAHULUAN
Abu Bakar
As-Siddiq RA, Muslim pertama yang beriman kepada Allah dan kepada Rasulullah,
dan demi imannya itu pula dialah yang paling banyak berkorban. Sejak masuk
Islam besar sekali hasratnya hendak membantu Nabi dalam berdakwah demi agama
Allah dan membela kaum Muslimin. la lebih mencintai Rasulullah daripada dirinya
sendiri, mendampinginya selalu dalam setiap peristiwa. Disamping sahabat
Rasulullah beliau juga mertua dari Rasulullah.
Abu Bakar
adalah seorang yang dipercaya oleh kaum Muslimin ketika itu untuk menjadi
khalifah pertama. Beliau dikenal ramah, rendah hati dan penuh kelembutan. Di
awal masa kekhalifahannya beliau memerangi Nabi palsu dan orang Muslim yang
enggan membayar zakat.
Makalah ini akan menceritakan biografi Abu Bakar
As-Siddiq dan perjuangan beliau dalam menegakkan agama Allah baik ketika beliau
hidup bersama Rasulullah maupun ketika
beliau memimpin umat Islam sebagai khalifah yang pertama. Ketika Nabi Muhammad
s.a.w. akan wafat,Nabi tidak berwasiat apa-apa, baik kepada salah seorang
karib, atau kepada sahabat-sahabat yang lain, tentang siapa yang akan jadi
Khalifah pengganti Nabi. Persoalan yang besar ini beliau serahkan kepada
musyawarah ummat Islam.
Setelah Nabi wafat,
berkumpullah orang Muhajirin dan Anshar di Madinah, guna bermusyawarah siapa
yang akan dibaiat (diakui) jadi Khalifah. Orang Anshar menghendaki agar
Khalifah itu dipilih dari golongan mereka, mereka mengajukan Sa’ad bin Ubadah. Kehendak orang Anshar ini tidak
disetujui oleh orang Muhajirin. Maka terjadilah perdebatan diantara keduanya,
dan hampir terjadi fitnah diantara keduanya. Abu Bakar segera berdiri dan
berpidato menyatakan dengan alasan yang kuat dan tepat, bahwa soal Khilafah itu
adalah hak bagi kaum Quraisy, bahwa kaum Muhajirin telah lebih dahulu masuk
Islam, mereka lebih lama bersama bersama Rasulullah, dalam Al-Qur’an selalu
didahulukan Muhajirin kemudian Anshar. Khutbah Abu Bakar ini dikenal dengan
Khutbah Hari Tsaqifah, setelah khutbah ini ummat Islam serta merta membai’at
Abu Bakar, didahului oleh Umar bin Khattab, kemudian diikuti oleh para sahabat
yang lain.
Adapun Abu Bakar Siddiq
adalah sahabat nabi yang tertua yang amat luas pengalamannya dan amat besar
ghirahnya kepada agama Islam. Dia adalah seorang bangsawan Quraisy,
berkedudukan tinggi dalam kaumnya, hartawan dan dermawan. Jabatannya dikala
Nabi masih hidup, selain dari seorang saudagar yang kaya, diapun seorang ahli
nasab Arab dan ahli hukum yang jujur. Dialah yang menemani Nabi ketika hijrah
dari Makkah ke Madinah. Dia telah merasakan pahit getirnya hidup bersama
Rasulullah sampai kepada hari wafat beliau. Dialah yang diserahi nabi menjadi
imam sembahyang ketika beliau sakit. Oleh karena itu, ummat Islam memandang dia
lebih berhak dan utama menjadi Khalifah dari yang lainnya.
PEMBAHASAN
A.
Biografi Abu Bakar Shiddiq
Namanya
Abdullah Ibnu Abi Qufahah at Tamimi. Di masa jahiliyah bernama Abdul Ka’bah,
lalu ditukar oleh Nabi menjadi Abdullah kuniyahnya Abu Bakar.
Panggilan Abu
Bakar Sidik ini sebenarnya adalah sebagai gelar saja. “Abu” artinya bapak,
“Bakar” artinya dengan segera (beliau dinamai demikian karena beliau masuk
Islam dengan segera, mendahului yang lain). Kemudian “Ash-Shiddiq”, artinya
“yang amat membenarkan”. Karena beliau amat membenarkan berbagai pengalaman dan
ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, terutama peristiwa Isra Mi’raj. Beliau
lahir pada tahun 568 M sebelum hijrah, ayahnya bernama Abu Quhafah bin Amir dan
ibunya bernama Salma Ummul Khair.
Abu Bakar
berasal dari kabilah Taim bin Murrah bin Ka’b. Nasabnya bertemu dengan Nabi
pada Adnan. Abu Bakar itu tidak terbatas hanya pada kabilahnya saja seperti
yang sudah kami sebutkan, tetapi mereka memulai juga dengan menyebut namanya
dan nama kedua orang tuanya. Lalu melangkah ke masa anak-anak, masa muda dan
masa remaja, sampai apa yang dikerjakannya. Disebutkan bahwa namanya Abdullah
Abi Quhafah, dan Abu Quhafah ini pun nama sebenarnya Usman bin Amir, dan
ibunya, Ummul Khair, sebenarnya Salma bint Sakhr bin Amir.
Sekalipun
keluarga Abu Bakar berdiam pada bagian bawah kota Mekkah yang bernama Masfalah,
(bekas rumah kediamannya itu sekarang ini dijadikan sebuah mesjid kecil dan
dapat dikunjungi oleh setiap orang yang menunaikan Rukun Kelima ke Tanah Suci),
dan keluarga Muhammad berdiam pada bagian atas kota Mekkah yang dewasa ini
dipanggilkan dengan Syiab-Ali , (bekas rumah kelahiran Nabi Muahmmad itu
sekarang ini dijadikan Gedung Perpustakaan dan dapat dikunjungi oleh setiap
orang yang menunaikan Rukun kelima ke Tanah Suci), akan tetapi antara kedua
anak muda itu semenjak kecilnya terikat persahabatan yang akrab.
Dan ada juga
yang mengatakan Abu Bakar tadinya bernama Atiq, karena dari pihak ibunya tak
pernah ada anak laki-laki yang hidup. Lalu ibunya bernazar jika ia melahirkan
anak laki-laki akan diberi nama Abdul Ka’bah dan akan disedekahkan kepada
Ka’bah. Sesudah Abu Bakar hidup dan menjadi besar, ia diberi nama Atiq , seolah
ia telah dibebaskan dari maut.
Tetapi sumber-sumber itu lebih jauh menyebutkan bahwa Atiq itu bukan
namanya, melainkan suatu julukan karena warna kulitnya yang putih. Sumber yang
lain lagi malah menyebutkan, bahwa ketika Aisyah putrinya ditanyai; mengapa Abu
Bakar diberi nama Atiq ia menjawab: Rasulullah memandang kepadanya lalu
katanya: Ini yang dibebaskan Allah dari neraka; atau karena suatu hari Abu
Bakar datang bersama sahabat-sahabatnya lalu Rasulullah berkata: “Barang
siapa yang ingin melihat orang yang dibebaskan dari neraka lihatlah ini”.
Semasa kecil
Abu Bakar hidup seperti umumnya anak-anak di Mekah. Lepas masa anak-anak ke
masa usia remaja ia bekerja sebagai pedagang pakaian. Usahanya ini mendapat
sukses. Dalam usia muda itu ia menikah dengan Qutailah bint Abdul Uzza. Dari
perkawinan ini lahir Abdullah dan Asma’.Asma’ inilah yang kemudian dijuluki
Zaitun Nitaqain. Sesudah dengan Qutailah ia menikah lagi dengan Umm Rauman bint
Amir bin Uwaimar. Dari perkawinan ini lahir pula Abdurrahman dan Aisyah.
Kemudian di Madinah ia menikah dengan Habibah bint Kharijah. Setelah itu dengan
Asma bint Umais yang melahirkan Muhammad. Sementara usaha dagangannya
berkembang pesat dan dengan sendirinya ia memperoleh laba yang cukup besar.
Keberhasilannya
dalam perdagangan itu mungkin saja disebabkan oleh pribadi dan wataknya.
Berperawakan kurus, putih, dengan sepasang bahu yang kecil dan muka lancip
dengan mata yang cekung disertai dahi yang agak menonjol dan urat-urat tangan
yang tampak jelas, begitulah dilukiskan oleh putrinya, Aisyah Ummulmukminin.
Tentang pribadinya, Abu Bakar, terkenal sebagai orang yang berakhlak
mulia, jujur, cerdas, cakap, kuat kemauan dan pemberani, tetapi beliau terkenal
pula sebagai orang yang rendah hati pemaaf dan dermawan.
Pada masa
jahiliyyah, Abu Bakar adalah seorang saudagar kaya. Ia sering melakukan perjalanan
perdagangan untuk menjaja barang dagangannya. Dalam pekerjaannya sebagai
saudagar, ia selalu jujur sehingga banyak keuntungan yang diperolehnya karena
percaya dengan timbangan yang dilakukannya. Kejujuran ini terus terbawa sampai
ia masuk Islam dan selalu mendampingi Nabi Muhammad saat suka dan duka.
Terdapat satu
riwayat mengatakan bahwa dia mempunyai kekayaan sebesar empat puluh dirham
sebelum dia masuk Islam, tetapi setelah ia menyatakan sebagai pengikut setia
Nabi Muhammad SAW, dan ikut hijrah ke Madinah, harta kekayaannya tinggal lima
ribu dirham. Hal ini disebabkan karena setiap dia melihat adanya penganiayaan
seorang hamba sahaya, ia beli kemudian dibebaskannya.
Oleh karena
semua itu, bukan saja ia laki-laki dewasa yang pertama masuk Islam, tetapi juga
orang yang paling banyak berkorban, paling teguh, di samping orang yang tenang
dan patuh di antara para sahabat Nabi yang lain.
Sebagaimana
yang juga dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal. Ia juga mengalami
penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Mekkah yang mayoritas masih memeluk
agama nenek moyang mereka. Namun,
penyiksaan terparah dialami oleh mereka yang berasal dari golongan budak.
Sementara para pemeluk non budak biasanya masih dilindungi oleh para keluarga
dan sahabat mereka, para budak disiksa sekehendak tuannya. Hal ini mendorong
Abu Bakar membebaskan para budak tersebut dengan membelinya dari tuannya
kemudian memberinya kemerdekaan.
Beberapa
budak yang ia bebaskan antara lain :
* Bilal bin
Rabah
* Abu Fakih
* Ammar
* Abu Fuhaira
* Lubainah
* An Nahdiah
* Ummu Ubays
* Zinnira
B. Aktifitas Dakwah Abu Bakar Shiddiq
Sejak hari
pertama Abu Bakar sudah bersama-sama dengan Muhammad melakukan dakwah demi
agama Allah. keakraban masyarakatnya dengan dia, kesenangannya bergaul dan
mendengarkan pembicaraannya. Besar pengaruhnya terhadap muslimin yang mula-mula
itu dalam Islam itu yang mengikuti jejak
Abu bakar menerima Islam ialah Usman bin Affan, abdur-Rahman Bin Auf, Talha Bin
Ubaidillah, Sa’ad Bin Abi Waqqas Dan Zubair Bin Awam.Ssesudah mereka yang
kemudian menyusul masuk Islam atas ajakan Abu Bakar ialah Abu Ubaidah Bin
Jarrah dan banyak lagi yang lain dari penduduk mekah.
Adakalanya
orang akan merasa heran betapa Abu Bakar tidak merasa ragu menerima Islam ketika pertama kali disampaikan Muhammad kepadanya itu. Dan karena menerimanya
tanpa ragu itu kemudian Rasulullah berkata :
“Tak seorang pun yang pernah kuajak memeluk
Islam yang tidak tersendat-sendat dengan begitu berhati-hati dan ragu, kecuali
Abu Bakar bi abu Qufahah. Ia tidak menuggu-nunggu dan tidak ragu ketika
kusampaikan kepadanya.”
Abu Bakar
Shidiq dipilih oleh Nabi Muhammad menjadi sahabat dalam perjalanan menuju
Madinah ketika hijrah. Peran yang dimainkan Abu Bakar Siddiq ini ketika di
Mekah sangat besar sekali. Di bidang materi, segala kekayaan yang dimilikinya
digunakan untuk perjuangan dan kejayaan Islam, dan demi kebenaran ajaran yang
dibawa Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar selalu mendampingi Nabi dalam saat suka dan
duka.
Pengorbanan
dan jasanya ketika berdakwah di Mekah besar sekali. Ia berusaha melindungi Nabi
Muhammad ketika banyak orang kafir Quraisy mengejek dan menganggap Nabi
Muhammad orang tak waras. Dialah yang memberikan perlindungan Nabi saat
mendapat kejaran para pemuda kafir Quraisy yang berusaha mengejar Nabi waktu
perjalanan ke Madinah
Ketika berada
di Madinah, Abu Bakar juga selalu mendampingi Nabi Muhammad dan berusaha
membantu Nabi dalam proses penyebaran agama Islam di kalangan masyarakat
Madinah, yang terdiri dari masyarakat yang beragama Yahudi, Nashrani dan
penganut kepercayaan lainnya.
Peran Abu
Bakar ketika di Madinah ialah, beliau selalu ikut bersama Rasulullah berperang
melawan kekuatan yang menentang ajaran Nabi Muhammad SAW antara lain dalam
perang Badar, perang Uhud, perang Khandak, dan peperangan-peperangan lainnya
pada waktu itu.
Demikian
setianya Abu Bakar kepada Nabi dan agama Islam, sehingga seluruh kekuatan yang
dimilikinya semua dikerahkan untuk kepentingan dan kejayaan Islam. Ini tidak
hanya ketika ia berada di kota Mekah, tetapi juga pada periode Madinah. jasa
beliau sangat dalam upaya pengembangan ajaran Islam di kota Madinah,terlebih
saat ia terpilih sebagai seorang khalifah rasyidah yang pertama, yang
menggantikan kedudukan Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat Islam.
Sesudah Rasulullah wafat, kaum Anshor menghendaki agar orang yang akan
jadi Khalifah dipilih dari antara mereka. Dan padawaktu itu Ali ibnu Abi Thalib
menginginkan agar beliaulah yang diangkat menjadi khalifah, berdasarkan
kedudukan beliau dalam Islam, apalagi beliau adalah menantu dan karib Nabi.
Tetapi bahagian terbanyak dari kaum Muslimin menghendaki Abu Bakar, maka
dipilihlah beliau jadi khalifah.
Orang-orangyang tadinya ragu-ragu untuk memberikan bai’ah kepada Abu
Bakar, di kala golongan terbanyak dari kaum Muslimin telah membai’ahnya segera
pula memberikan bai’ahnya.
Sesudah Abu Bakar diangkat menjadi Khalifah, beliau berpidato. Dalam
pidatonya itu dijelaskan siasat pemerintahan yang akan beliau jalankan. Di
bawah ini kita kutip beberapa prinsip-prinsip yang diucapkannya dalam pidatonya
itu, antara lain beliau berkata :
„Wahai manusia! Saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu,
padahal aku bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku
menjalankan tugasku dengan baik, ikutlah aku, tetapi aku berbuat salah, maka
betulkanlah! Orang yang kamu pandang kuat, saya pandang lemah, hingga aku dapat
mengambil hak dari padanya, sedang orang yang kamu pandang lemah, saya pandang
kuat, hingga saya dapat mengembalikan haknya kepadanya. Hendaklah kamu taat
kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi bila mana aku tiada
menaati Allah dan Rasul-Nya kamu tak perlu menaatiku“.
C. Pemerintahan di Masa Abu Bakar
Pengangkatan
Abu Bakar menjadi khalifah, pada satu sisi memberikan kemudahan tersendiri bagi
berlanjutnya pemerintahan negara Madinah, namun pada sisi lain munculnya
penolakan orang-orang Arab, terutama orang yang baru masuk Islam untuk
memberikan bai’at kepada Abu Bakar, bahkan mereka menentang Islam. Hal ini
tidak mengherankan karena mereka menganggap bahwa masuknya mereka kedalam Islam
disebabkan oleh perjanian yang dibuat dengan Muhammad, dan dengan kematian
beliau, maka batallah perjanjian tersebut. Mereka adalah para muallaf yang
belum memahami prinsip-prinsip keimanan dan ajaran Islam yang lain, disebabkan
belum cukup waktu bagi nabi yang sangat tidak mungkin dapat dijangkau oleh
utusan agama yang datang pada mereka.
Pada masa
awal pemerintahannya, Abu Bakar banyak menghadapi gangguan dari berbagai
golongan, antara lain orang-orang murtad, golongan yang tidak mau membayar
zakat, dan nabi palsu. Adanya orang-orang murtad ini disebabkan karena mereka
belum memahami benar tentang Islam, mereka baru dalam taraf pengakuan, ataui
masuk Islam karena terpaksa. Sehingga ketika Rasulullah wafat, mereka langsung
kembali kepada agama semula. Karena mereka beranggapan bahwa kaum Quraisy tidak
akan bangun lagisetelah pemimpinnya, Nabi Muhammad SAW meninggal dunia. Di
samping itu mereka tidak dapat memisahkan antara agama dan Rasul pembawanya.
Maka setelah meninggalnya Rasulullah, mereka tidak terikat lagi dengan agama
Islam lalu kembali kepada ajaran agamanya semula.
Golongan
orang yang tidak mau membayar zakat, kebanyakan berasal dari kabilah yang
banyak yang tinggal di kota Madinah, seperti Bani Gathfan , Bani Bakar, dan
lain-lain. Mereka beranggapan bahwa membayar zakat hanya kepada Nabi Muhammad,
dan setelah Nabi wafat, maka tidak ada lagi kewajiban untuk membayar zakat.
Sedangkan orang-orang
yang mengaku sebagai nabi, sudah mulai muncul pada hari-hari terakhir kehidupan
Nabi Muhammad, walaupun mereka masih menyembunyikan tujuan mereka
sebenarnya.Namun setelah Nabi Muhammad wafat, mereka semakin berani menunjukkan
keinginan mereka, sebagai pengacau dan nabi-nabi palsu seperti Thulaihah bin
Khuwailid, Sjah Thamiyah seorang
perempuan, yang kemudian kawin dengan Musailamah.
Untuk
mengatasi kekacauan tersebut, khalifah Abu Bakar bermusyawarah dengan para
sahabat, tindakan apa yang harus dilakukan. Akhirnya dengan kesepakatan
bersama, semua golongan yang telah menyeleweng itu harus diperangi, salah
satunya adalah perang Riddah, sampai mereka mau kembali kepada kebenaran.
Perang Riddah
(perang melawan kemurtadan) pun berjalan alot. Di bawah kepemimpinan Khalid
ibnu Walid, akhirnya perang dapat diakhiri dengan kemenangan ditangan
pemerintahan Abu Bakar. Namun akibat yang muncul adalah tewasnya banyak
diantara sahabat yang hafal Al-Qur’an (Qori) karena keikut sertaan mereka dalam
perang tersebut.
Pada tahun 12 H., Abu
Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan Al-Qur’an dari berbagai
tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan, maupun dari
hafalan yang tersimpan dalam dada kaum muslimin. Peristiwa itu terjadi setelah
para Qari’ penghafal Al-Qur’an banyak yang terbunuh dalam peperangan Yamamah.
Zaid bin Tsabit pernah berkata, “Abu Bakar mengirim surat kepadaku tentang orang-orang yang
terbunuh di perang Yamamah. Pada saat aku mendatanginya, aku melihat Umar bin
Khathab berada disampingnya. Abu bakar lalu berkata, ‘Umar mendatangiku dan
berkata, ‘Sesungguhnya banyak Qari’ penghafal Al-Qur’an yang telah gugur dalam
peperangan Yamamah. Aku takut jika para Qari’ yang masih hidup, lalu di
kamudian hari terbunuh dalam peperangan, akan mengakibatkan hilangnya sebagaian
besar dari ayat Al-Qur’an. Menurut pendapatku,
engkau harus menginstruksikan agar segera mengumpulkan dan membukukan
Al-Qur’an.’ Aku (Abu Bakar) bertanya kepada Umar, ‘Bagaimana aku melakukan
sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah?’ Umar menjawab, “Demi Allah,
ini adalah kebaikan!’” Dan Umar terus menuntut Abu Bakar hingga Allah
melapangkan dadanya untuk segera melaksanakannya, akhirnya Abu Bakar pun setuju
dengan pendapat Umar.Zaid bin Tsabit berkata, “Kemudian Abu Bakar berkata
kepadaku, ‘Engkau adalah seorang pemuda yang jenius, berakal, dan penuh amanah.
Selain itu, engkau pun telah terbiasa menulis wahyu untuk Rasulullah, maka
carilah seluruh ayat Al-Qur’an yang berserakan dan kumpulkanlah.’” Lalu, Zaid
berkata pada dirinya sendiri, “Demi Allah, jika mereka memerintahkan aku untuk
memikul gunung, tentulah lebih ringan bagiku daripada melaksanakan perintah Abu
Bakar untuk mengumpulkan Al-Qur’an.” Kemudian Zaid bin Tsabit pun mulai
mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an yang tertulis di daun-daunan, kulit, maupun
dari hafalan para penghafal Al-Qur’an.
Perilaku
politik lain yang di jalankan Abu Bakar adalah melakukan ekspansi. Ada dua
ekspansi yang dilakukan Abu Bakar, yaitu :
1. Ekspansi ke wilayah Persia di
bawah pimpinan Khalid bin Walid . Dalam ekspansi ini (tahun 634 M), pasukan
Islam dapat menguasai dan menaklukkan Hirah, sebuah kerajaan Arab yang loyal
kepada Kisra di Persia. Daerah ini merupakan penyebaran bangsa Arab dari
selatan, namun mereka dijadikan pintu masuk penyebaran islam ke wilayah di belahan
timur dan utara.
2. Ekspansi ke Romawi di bawah empat panglima perang, yaitu Ubaidah, Amr
bin Ash, Yazid ibn Sufyan dan Syurahbil. Ekspansi ke wilayah Romawi yakni
kerajaan Ghassaniyah, yang merupakan daerah protektorat Romawi dan menjadi
benteng pertahanan dari serbuan Persia.
Khalifah Abu
Bakar adalah panglima tertinggi dalam angkatan perang. dia yang menunjuk
panglima besar dan kepala-kepala pasukan.Strategi dan taktik perang banyak yang
didiktekan dari madina. sungguhpun demikian khalid, panglima besarnya, kita
lihat banyakn di beri kekuasaan dan kepercayaan. munurut sewajarnya, khalifah
sendiri yang memimpin angkatan jihad ke medan perang. tetapi front dan medan
pertempuran telah dua tiga dan urusan kenegaraan telah begitu berjalin, maka
untuk komando umum ditunjukkan sahabat-sahabat yang ahli dalam ketentaraan.
adapun shalat jama’ah dan shalat Jum’at di ibu kota tetap di tangan khalifah Abu Bakar, karena shalat dan Jum’at
adalah tiang agama.
Organisasi
dan mekanisme pemerintahan Abu Bakar adalah begitu kuat dan merata. perhubungan
antara pusat (madinah) dengan daerah sampai kepada instansi yang terendah di
suku-suku kabilah rapat sekali. Itu adalah juga sebagai hasil dari kemenangan
abu bakar di peperangan Riddah.
Hal yang
demikian sangat memberikan kemungkinan kepada ’’Hukum“ untuk timbul menonjol
tinggi, dan kepadanya ’’ Kekuasaan“ untuk mengembangkan sayapnya. maka sebagai
kelanjutannya dari itu, lahirlah masa baru dan zaman gemilang yaitu masa
kemakmuran dan kebahagiaan hidup menuruti filsafat islam yang tersimpul di
dalam ’’Baldatun taiyibatun wa rabbun gafur“(Negara makmur dilindungi tuhan
yang pengampun).
D. Prestasi dan Pesan Abu Bakar
1. Prestasi Abu Bakar Pada Masa Pemerintahannya
Adapun
prestasi yang lain yang ditempuh pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah :
1. Perbaikan
sosial (masyarakat)
2.
Pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an
3. Perluasan
dan penyebaran agama Islam
4. Menghadapi
orang murtad dan orang yang tidak membayar zakat
5.
Memberantas orang-orang yang menganggapnya beliau sebagai nabi.
2. Adapun pesan-pesan yang
disampaikan oleh Abu Bakar adalah sebagai berikut :
Khulafaur
Rasyidin yang pertama dan Sahabat utama Rasulullah SAW, Sayidina Abu Bakar As
Siddiq pernah meninggalkan pesan, katanya:
1. Siapa yang memasuki kubur dengan tidak membawa bekalan sama seperti
orang yang belayar di lautan dengan tidak berperahu.
2. Kegelapan itu ada lima perkara dan penerangnya juga ada lima perkara
yaitu:
a. Cinta
dunia itu kegelapan dan penerangnya adalah taqwa.
b. Dosa itu
kegelapan dan penerangnya adalah taubat.
c. Akhirat itu kegelapan, penerangnya adalah amal soleh.
d. Kubur itu kegelapan, penerangnya adalah kalimah La ilaha illallah
Muhammadur Rasulullah.
e. Siratul Mustaqim itu kegelapan, penerangnya
adalah yakin.
3. Sesungguhnya iblis itu berdiri
di hadapanmu, nafsu di sebelah kananmu, dunia di belakangmu, anggota di
sekelilingmu dan Allah juga bersamamu. Iblis yang dilaknat menyuruhmu
meninggalkan agama. Nafsu menyuruhmu
berbuat maksiat. Keinginan hawa nafsu menyerumu ke arah syahwat. Dunia menyeru supaya memilihnya daripada Akhirat. Anggotamu menyerumu berbuat dosa. Allah menyerumu ke Syurga dan keampunan-Nya.
berbuat maksiat. Keinginan hawa nafsu menyerumu ke arah syahwat. Dunia menyeru supaya memilihnya daripada Akhirat. Anggotamu menyerumu berbuat dosa. Allah menyerumu ke Syurga dan keampunan-Nya.
Siapa yang
menyahut seruan iblis terkeluarlah agamanya. Siapa yang menyahut seruan nafsu
terkeluar rohnya (roh kemanusiaan). Siapa yang menyahut seruan syahwat,
terkeluar akalnya. Siapa yang menyahut seruan anggota, terkeluarlah Syurganya.
Siapa yang menyahut seruan Allah,
terkeluarlah kejahatannya dan memperolehi segala kebaikan.
terkeluarlah kejahatannya dan memperolehi segala kebaikan.
4. Dia berkata kepada para Sahabat:Sesungguhnya
aku telah mengendalikan urusan kamu, tetapi bukanlah aku ini orang yang paling
baik di kalangan kamu maka tolonglah aku, kalau aku berlaku lurus maka ikutilah
aku tetapi kalau aku menyeleweng betulkan aku.
E. Wafatnya Abu Bakar
Khalifah Abu
Bakar Ra. meninggal dunia, Senin, 23 Agustus 624 M setelah lebih kurang 15 hari
terbaring di tempat tidur. Dia berusia 63 tahun dan kekhalifahannya berlangsung
2 tahun 3 bulan 11 hari.
Dalam masa yang singkat itu Abu Bakar telah menghadapi saat-saat yang
amat genting. Dapat kita katakan bahwa pada permulaan saat-saat yang amat
genting itu Abu Bakar adalah berdiri sendiri, kemudian berkat iman dan
keyakinannya yang kuat, maka kaum Muslimin lekas juga menyokong dan mendukung
pendapat dan buah pikirannya. Dalam keadaan yang demikian beliau dapat
mengerahkan kaum muslimin menghancurkan syirik dan memberantas keragu-raguan
dan waham, malah beliau dapat pula mengerahkan mereka menggulingkan singgasana
Kisrah (raja Persia) dan Kaisar (raja Romawi). Kalau ada suatu peristiwa besar
yang terjadi di masa permulaan Islam, maka nama Abu Bakar selalu kelihatan
dengan jelas di dalamnya. Semoga Allah yang Maha Kuasa melimpahkan Rahmat dan
Karunia-Nya kepada arwah beliau.Beliau telah mencerminkan seluruh nilai-nilai
dan norma-norma keislaman yang tinggi dan murni.
KESIMPULAN
Dari pembahasan
makalah diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya :
1. Nama Abu Bakar adalah Abdullah Ibnu Abi Qufahah at Tamimi. Di
masa jahiliyah bernama Abdul Ka’bah, lalu ditukar oleh Nabi menjadi Abdullah
kuniyahnya Abu Bakar.
2.
Tentang pribadinya, Abu Bakar,
terkenal sebagai orang yang berakhlak mulia, jujur, cerdas, cakap, kuat kemauan
dan pemberani, tetapi beliau terkenal pula sebagai orang yang rendah hati
pemaaf dan dermawan.
3.
Pada masa awal pemerintahannya,
Abu Bakar banyak menghadapi gangguan dari berbagai golongan, antara lain
orang-orang murtad, golongan yang tidak mau membayar zakat, dan nabi palsu.
Adanya orang-orang murtad ini disebabkan karena mereka belum memahami benar tentang
Islam, mereka baru dalam taraf pengakuan, ataui masuk Islam karena terpaksa.
Sehingga ketika Rasulullah wafat, mereka langsung kembali kepada agama semula.
4.
Untuk mengatasi kekacauan
tersebut, khalifah Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat, tindakan apa
yang harus dilakukan. Akhirnya dengan kesepakatan bersama, semua golongan yang
telah menyeleweng itu harus diperangi, salah satunya adalah perang Riddah,
sampai mereka mau kembali kepada kebenaran.
5. Perang Riddah (perang melawan kemurtadan) pun berjalan alot. Di
bawah kepemimpinan Khalid ibnu Walid, akhirnya perang dapat diakhiri dengan
kemenangan ditangan pemerintahan Abu Bakar. Namun akibat yang muncul adalah
tewasnya banyak diantara sahabat yang hafal Al-Qur’an (Qori) karena keikut
sertaan mereka dalam perang tersebut.
6. Khalifah Abu Bakar Ra. meninggal dunia, Senin, 23 Agustus 624 M
setelah lebih kurang 15 hari terbaring di tempat tidur. Dia berusia 63 tahun
dan kekhalifahannya berlangsung 2 tahun 3 bulan 11 hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar