BAB
I
PENDAHULUAN
Sebagaimana kita yakini bersama
bahwa Muhammad saw.adalah Rasul akhir zaman,telah dating sesuai janji Allah.Kebenarannya
dapat dibuktikan dalam segala segi.Sejarah adalah bukti utama.Riwayat
hidupnya,perkataannya dan amalannya dipelihara baik-baik bahkan sudah sampai 14
abad keterangannya dalam sejarah sangat terang-benderang dan
lengkap,seolah-olah kita melihatnya dengan mata kepala kita sendiri.
Apabila Qur’an sepenuhnya wahyu
Allah Swt.maka Sunnah itu adalah dari nabi Muhammad Saw.Sunnah biasanya juga
disebut Hadist.Menurut harfiah kata Sunnah
berarti adat istiadat,termasuk adat istiadat masyarakat Arab dalam Pra
Islam baik tentang persoalan agama sosial maupun hukum.Sedangkan menurut
istilah bahwa Sunnah itu adalah sesuatu yang merupakan
perkataan-perkataan,perbuatan-perbuatan dan taqrir (penetapan) Rasulullah.
Mayoritas kalangan ahli Hadist
(jumhur) dalam pemakaian Sunnah adalah sama dengan Hadist.Mereka telah
melakukan penelitiandan study yang teliti tentang Hadist,sehingga mereka
membuat klasifikasi berdasar cara pemberitaannya.Ada yang kwalitasnya
membuahkan keyakinan dan yang lainnya berkwalitas sangka-sangkaan saja.
Dalam menjelaskan hubungan suatu
Hadist,ulama Hadist memberikan nama “Mutawatir’ dan “Ahad”.Dengan demikian dalam
garis bessarnya Hadist terbagi menjadi dua jenis,yaitu:
- Hadist Mutawatir
- Hadist Ahad [1]
Pembagian ini
adalah meninjau cara datangnya Hadist itu dari Nabi Muhammad Saw. Maka suatu
hadist Mutawatir,manakala orang yang meriwayatkannya mencapai suatu batas jumlah
yang mana mereka itu mustahil sepakat untuk berdusta.Hal demikian itu mesti dapat
dibuktikan dalam segala tingkatan,baik dalam permulaannya,pertengahannya,maupun
akhirnya.
Hadist Mutawatir
dapat dibagi menjadi tiga macam,yaitu:
- Hadist Mutawatir Lafzi
- Hadist Mutawatir Maknawi
- Hadist Mutawatir Amali
Hadist Ahad
seperti telah diterangkan oleh sebagian ulama hadist,bahwa suatu hadist yang
diriwayatkan oleh seorang saja atau oleh beberapa orang yang jumlahnya
sedikit.dalam hubungannya dengan Rasulullah mengandung dugaan bahwa ia berasal
dari Rasulullah Saw.
Berdasar cara
datangnya dan cara pembuktiannya,maka Hadist Ahad dibagi menjadi tiga yaitu:
- Hadist Masyhur (Hadist Mustafid)
- Hadist Aziz
- Hadist Garib.[2]
Selanjutnya
untuk pengertian dan contoh dari masing-masing Hadist akan dibahas didalam
pembahasan berikut ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hadist Mutawatir
Dari segi bahasa,mutawatir,berarti
sesuatu yang dating secara beriringan tanpa diselangi antara satu sama
lain.Sedangkan menurut istilah hadist mutawatir adalah hadist yang diriwayatkan
oleh sejumlah rawi yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta dari sejumlah
rawi yang semisal mereka dan seterusnya sampai akhir sanad.dan sanadnya mereka
adalah pancaindera.
Misalnya : Kata (sejumlah
banyak rawi)
Artinya jumlah itu tidak dibatasi dengan bilangan melainkan dibatasi
dengan jumlah yang secara raional tidak mungkin mereka bersepakat untuk
berdusta.demikian pula mustahil mereka berdusta atau lupa secara serentak
Dengan demikian suatu hadist
Mutawatir apabila memenuhi syarat-syarat berikut:
1.
Hadist yang diriwayatkan itu
mengenai sesuatu dari Nabi Muhammad Saw.yang dapat ditangkap oleh
pancaindera.seperti itu sikap dan perbuatan beliau yang dapat dilihat atau
sabdanya yang dapat didengar.Misalnya para sahabat mengatakan,”Kami lihat
Rasulullah Saw.berbuat begini.”
2.
Perawinya mencapai jumlah yang
menurut kebiasaan mustahil mereka bersepakat untuk berdusta.Jumlah minimal ada
yang menetapkan sepuluh orang rawi,dua puluh,empat puluh dan bahkan ada yang
menetapkan minimal tujuh puluh orang rawi.
3.
Jumlah perawi pada setip tingkatan
tak boleh kurang dari jumlah minimal,seperti yang diterangkan pada syarat
kedua.
Bila suatu hadist telah memnuhi tiga syarat diatas,maka
tergolong hadist mutawatir dan benar/pasti berasal dari Nabi Muhammad Saw.
Para rawi hadist
mutawatir tidak harus memenuhi kriteria rawi hadist shahih dan hasan,yakni adil
dan dabit,melainkan yang menjadi ukuran adalah segi kuantitas (jumlah rawi)
yang secara rasional mustahil mereka bersepakat untuk berdusta.[3]
B. Macam-macam hadist Mutawatir[4]
Hadist mutawatir dapat
dibagi menjadi tiga macam,yaitu:
1. Hadist Mutawatir Lafzi
Hadist Mutawatir Lafzi
adalah hadist mutawatir dengan susunan redaksi yang persis sama,sehingga garis
besar serta perincian makanaya tentu sama pula.
Contoh:
Artinya:
“Rasulullah saw.bersabda,”siapa yang sengaja berdusta terhadapku maka hendaklah
dia menduduki tempat duduknya dalam neraka.” (HR.Bukhari dan lainnya)
2. Hadist Mutawatir Maknawi.
Hadist Mutawatir
maknawi adalah hadist mutawatir dengan makna umum yang sama walaupun berbeda
redaksinya dan berbeda perincian maknanya.
Contoh:
Artinya:
“Rasulullah Saw.pada waktu berdo’a tidak mengangkat kedua tangannya begitu
tinggi sehingga terlihat ketiaknya yang putih kecuali pada waktu berdo’a
memohon hujan.” (HR.Bukhari dan Muslim).
3. Hadist Mutawatir Amali
Hadist Mutawatir Amali
adalah hadist mutawatir yang menyangkut perbuatan Rasulullah saw.yang
disaksiukan dan ditiru tanpa perbedaan oleh orang banyak kemudian juga dicontoh
dan deprbuat tanpa perbedaan oleh orang banyak pada generasi-generasi
berikutnya.
Diantara contohnya adalah
hadist-hadist yang berkenaan dengan pelaksanaan shalat-shalat fardhu,shalat
jenazah,shalat Idh,dan kadar zakat harta.
C.
Hadist Ahad[5]
Hadist Ahad menurut bahasa berarti hadist
satu-satu.Pengertiann hadist menurut bahasa terasa belum jelas.Menurut para ulama
ahli hadist,batasan hadist Ahad adalah sebagai berikut:
“Hadist Ahad adalah hadist yang para rawinya
tidak mencapai jumlah rawi hadist mutawatir,baik rawinya itu satu,dua,tiga,empat
atau seterusnya,tetapi jumlahnya tidak memberi pengertian bahwa hadist dengan
jumlah rawi tersebut masuk dalam kelompok hadist mutawatir.”
Dapat diartikan bahwa hadist Ahad adalah hadist
yang tidak memenuhi syarat mutawatir.
D.
Macam-macam Hadist Ahad
Dilihat dari segi jumlah rawi,maka hadist
Ahad terbagi dalam tiga bagian yaitu:
1.
Hadist Masyhur (Hadist Mustafid)
Masyhur menurut bahasa berarti yang sudah
tersebar atau yang sudah populer.Mustafid juga berarti yang telah tersebar atau tersiar.
Jadi menurut istilah ilmu hadist,hadist
masyhur dan hadist mustafid itu sma-sama berarti hadist yang sudah tersebar atau tersiar.
Contoh:
Artinya:”Rasulullah
Saw.bersabda,”seorang Muslim adalah kaum muslimin yang tidak terganggu oleh
lidah dan tangannya.”
(HR.Bukhari Muslim dan Tirmizi)
2.
Hadist Aziz
Hadist Aziz menurut bahasa berarti hadist yang
mulia atau hadist yang jarang karena memang hadist Aziz jarang adanya.Sedangkan
menurut istilah dapat diartikan bahwa hadist Aziz adalah hadist yang diriwayatkan
oleh dua orang rawi,kendati dua rawi itu pada satu tingkatan saja dan setelah
itu diriwayatkan oleh banyak rawi.
Contoh:
Artinya:”Rasulullah Saw.bersabda,”kita
adalah orang-orang yang paling akhir didunia dan paling terdahulu dihari
kiamat.” (HR.Hudzaifah dan Abu Hurairah)
3.
Hadist Garib.
Hadist Garib menurut bahasa berarti hadist
yang terpisah atau menyendiri dari yang lain.Sedangkan menurut istilah hadist
Garib adalah hadist yang diriwayatkan oleh satu orang rawi,pada tingkatan
maupun sanad.
Contoh:
Artinya:”dari Umar bin Khattab katanya
aku mendengar Rasulullah Saw.bersabda,”sesungguhnya amal perbuatan itu hanya
memperoleh apa yang diniatkannnya.” (HR.Bukhari,Muslim dan lain-lain)
Kendati hadist diatas diriwayatkan oleh banyak
imam hadist termasuk Bukhari dan Muslim namun pada tingkatan pertama hanya
diriwayatkan oleh seorang sahabat nabi,yaitu Umar bin Khattab.[6]
BAB
III
KESIMPULAN
DAN PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Menurut cara datangnya dari Nabi
Muhammad Saw.hadist digolongkan menjadi dua macam yaitu Hadist Mutawatir dan
Hadist Ahad.
2.
Hadist Mutawatir dibagi menjadi
tiga yaitu Hadist Mutawatir Lafzi,Hadist Mutawatir Maknawi dan hadist mutawatir
Amali.
3.
Sedangkan hadist Ahad juga
digolongkan menjadi tiga macam yaitu Hadist Masyhur,Hadist Aziz dan hadist
Garib.
4.
Dari segi jumlah rawi,hadist
mutawatir diriwayatkan oleh para rawi yang jumlahnya sangat banyak pada setiap
tingkatan menurut adat kebiasaan sehingga mustahil mereka berdusta sedangkan
hadist Ahad diriwayatkan oleh para rawi dalam jumlah yang menurut adat
kebiasaan masih memungkinkan mereka sepakat untuk berdusta.
5.
Dari segi pengetahuan yang
dihasilkan,hadist mutawatir menghasilkan ilmu Qat’i (pasti) bahwa hadist itu
sungguh-sungguh dari rasulullah sehingga dapat dipastikan kebenarannya
sedangkan hadist Ahad menghasilkan ilmu Zanni (bersifat dugaan) bahwa hadist
itu berasal dari Rasulullah saw.sehingga kebenarannya masih berupa dugaan pula.
6.
Dari segi kedudukan ,hadist
Mutawatir sebagai sumber ajaran agama Islam memiliki kedudukan yang lebih
tinggi daripada hadist Ahad.
Sedangkan kedudukan hadist Ahad sebagai sumber ajaran Islam berada
dibawah kedudukan Hadist Mutawatir.
7.
Dari segi kebenaran matan ,dapat
ditegaskan bahwa keterangan matan hadist mutawatir mustahil bertentangan dengan
keterangan ayat dalam Al-Qur’an,sedangkan keterangan matan hadist Ahad mungkin
saja(tidak mustahil) bertentangan dengan keterangan ayat Al-Qur’an.Bila
dijumpai hadist-hadist dalam kelompok hadist Ahad yang keterangan matan
hadistnya bertentangan dengan keterangan ayat Al-Qur’an,maka hadist-hadist
tersebut tidak berasal dari Rasulullah.
Mustahil Rasulullah mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan ajaran
yang terkandung dalam Al-qur’an.
[1]
Nasrudin,Dienul Islam hal.101-102
[2]
Drs.H.M.Ahmad,Drs.M.Mudzakir ulumul Hadist Pen.Pustaka Setia Hal.89-97
[3]
Drs.H.M.Ahmad,Drs.M.Mudzakir ulumul Hadist Pen.Pustaka Setia Hal 87-88
[4]
Drs.H.M.Ahmad,Drs.M.Mudzakir ulumul Hadist Pen.Pustaka Setia Hal 89-91
[5]
Drs.H.M.Ahmad,Drs.M.Mudzakir ulumul Hadist Pen.Pustaka Setia Hal 92
[6]
Drs.H.M.Ahmad,Drs.M.Mudzakir ulumul Hadist Pen.Pustaka Setia Hal 92-97
Tidak ada komentar:
Posting Komentar